Halaman

Glitter Text

Jumat, 31 Agustus 2012

Perjuangan Bima

Disebuah perkampungan yang sangat kotor, tinggallah seorang anak laki-laki yang bernama Bima . Dia murid Sekolah Menengah Pertama kelas 2. Dia hanya tinggal bersama ayahnya di gubuk yang sudah tak layak untuk ditempati. Ayahnya bekerja sebagai pedagang asongan di jalan raya. Ibu dan kakaknya telah meninggal dunia setelah bencana yang menimpa keluarganya 5 tahun yang lalu. Sebelumnya, mereka hidup sangat berkecukupan. Tapi, semua telah berubah sangat drastis. Sekarang, untuk membiayai sekolahnya ataupun makan sehari-hari terkadang cukup sulit. Baca Selanjutnya…
Setiap pagi, ia harus berkeliling rumah untuk memberikan koran kepada pelanggan-pelanggannya. Setelah itu, baru dia berangkat ke sekolahnya. Dia harus berjalan kaki dari rumah ke sekolah yang berjarak 1 km. Tak jarang ia selalu terlambat masuk kelas, sehingga dia harus menerima hukuman dari guru piket.Bima termasuk anak pintar di sekolahnya. Tetapi, Bima juga sering diejek teman-temannya karena ayahnya hanya seorang pedagang asongan. Bima hanya pasrah menerima kehidupannya sekarang dan sedikitpun tidak marah kepada teman-temannya. Dia tetap rajin belajar, agar cita-citanya untuk menjadi seorang Dokter Spesialis  kelak bisa tercapai. Setelah pulang sekolah, ia juga harus bekerja kembali membantu ayahnya berjualan sampai sore. Wali Kelas Bima yang melihat Bima selalu diejek oleh teman-temannya, merasa iba. Rasanya beliau ingin membantu Bima, tapi Bima selalu menolak apa yang akan diberikannya. Bima hanya tidak ingin merepotkan gurunya hanya karena kasihan melihat ia diejek teman-temannya. Dan ia tidak pernah bercerita kepada ayahnya, bahwa setiap hari ia selalu diejek di sekolah.
Suatu hari saat ia membantu ayahnya berjualan, ia melihat seorang nenek tua yang sedang merintih kelaparan. Ia sangat terharu. Ia mendekat dan bertanya kepada nenek itu. Bima pun meminta izin kepada ayahnya agar nenek itu bisa tinggal bersama mereka untuk sementara. Awalnya ayah Bima marah karena permintaan Bima. Karena mereka juga orang yang miskin. Untuk memenuhi kebutuhannya juga setengah-setengah. Setelah berpikir-pikir, ternyata ayah Bima dengan senang hati menerima nenek tersebut.
1 minggu Bima hidup bersama nenek itu. Bima dan ayahnya sudah menganggap nenek itu seperti keluarga sendiri dan memperlakukan dengan sangat baik. Bahkan setelah kedatangan nenek itu, hidup Bima justru bertambah lebih baik. Nenek yang diasuhnya itu, juga bekerja keras untuk menghidupi mereka bertiga. Bima juga tak sungkan membantu nenek berjualan gorengan keliling kampung.
Suatu hari, nenek Bima mengeluh terasa sakit pada dadanya. Beliau merasa bahwa ajal yang datang menjemputnya hampir dekat. Mendengar perkataan nenek, Bima bertambah sedih. Ia dan ayahnya bekerja keras merawat nenek agar cepat sembuh. Tetapi, mereka tidak bisa membawa nenek ke Rumah Sakit karena mereka tidak mempunyai cukup uang.
 Nahas, 2 minggu kemudian, nenek yang mereka asuh meninggal dunia, karena terkena penyakit Asma. Bima dan ayahnya merasa sangat sedih dan juga merasa berdosa kepada nenek karena mereka tidak bisa merawat neneknya dengan baik. Mereka merawat nenek apa adanya yang mereka punya.
1 bulan setelah nenek meninggal, ada seorang pasangan Pengusaha yang datang ke rumahnya. Setelah ayahnya membukakan pintu dan mempersilahkan tamunya duduk, orang itu ingin bertemu dengan Bima. Kebetulan saat itu Bima sedang membuatkannya minuman. Setelah Bima memberikan minuman itu, ia kaget bahwa tamunya itu adalah Wali Kelasnya sendiri. Ia sangat malu dan sungkan, karena baru kali ini ada Gurunya yang mau menjenguk ke rumahnya. Setelah Wali Kelasnya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada Bima saat bersekolah, ayah Bima menyadari semua dalam hidupnya.  Beliau hanya pasrah menerima apa yang anaknya derita dan beliau juga salut dengan anaknya yang tak pernah mengeluh dengan kehidupannya saat ini.
Setelah jamuan selesai, Wali Kelas Bima yang kebetulan juga istri dari pengusaha konglomerat, memberikannya hadiah sebuah rumah yang bagus lengkap dengan peralatannya. Dan juga membiayai Bima selama ia sedang bersekolah sampai jenjang yang lebih tinggi. Bima dan ayahnya sangat kaget mendengar ucapan dari tamunya itu. mereka kemudian bersyukur kepada Tuhan dan tak lupa berterimakasih kepada Wali Kelas Bima.
2 Bulan setelah kejadian itu, keluarga Bima dan Wali Kelas Bima saling hidup membantu. Kini kehidupan Bima sangat baik dibandingkan 2 bulan sebelumnya. Tak lupa, ia juga bekerja keras agar cita-citanya kelak bisa tercapai. Teman-teman Bima yang selalu mengejeknya, sekarang tidak pernah lagi. Mereka saling hidup rukun dan tidak ada saling ejek-mengejek diantara mereka.
10 tahun kemudian setelah ia menempuh pendidikan kedokteran, ia telah menjadi Dokter spesialis. Ia medapatkan beasiswa untuk menjadi Dokter spesialis di Australia. Sekarang, ia menjadi orang yang sukses karena kerjakersnya selama ini. Ia mengingat pengorbanan ayahnya yang telah bekerjakeras untuk  menghidupinya. Dan tak lupa ia bersyukur kepada Tuhan yang telah mengabulkan do’a-do’anya selama ini dan kepada Wali Kelasnya yang telah membagikan sebagian hartanya untuk kehidupannya dengan ayah tercinta. Bima pun bangga kepada diri sendiri. Ia juga tidak akan mempunyai sifat sombong kepada sesama. Jika ada yang membutuhkan bantuannya, ia selalu membantunya dengan penuh rasa ikhlas. Ia teringat akan kehidupannya saat ia susah dahulu.
Ia berharap dapat meringankan penderitaan orang-orang yang membutuhkan dan tak lupa  membalas budi kepada keluarga walikelasnya yang telah membantunya saat ia kesusahan dulu .




Tidak ada komentar:

Posting Komentar