Halaman

Glitter Text

Sabtu, 11 Agustus 2012

Jujur Adalah Hal yang Baik



Namaku Alliyah Putri Ramadhani, biasa dipanggil Putri. Tetapi, teman-teman banyak yang memanggilku Alliyah. Aku anak ke-2 dari 3 bersaudara. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki. Dia kelas 2 SMA. Dan seorang adik kecil. Dia berumur 3 tahun. Aku sering mengajak adik kecilku bermain-main. Aku salah satu siswa kelas IV SDN Cemara Kasih 3. Aku juga termasuk anak yang pintar di kelas.
Pukul 05.00 jam bekerku berdering. Tiba-tiba saja aku terbangun karena mendengar suara jam bekerku. Aku pun segera merapikan tempat tidurku. Setelah itu, aku mandi. Selesai mandi, aku sholat Subuh dan mempersiapkan keperluanku untuk sekolah, tak lupa aku sarapan. Pukul 06.45, aku segera berangkat menuju sekolah. Jarak antara rumahku menuju sekolah naik motor kurang lebih membutuhkan waktu 15 menit. Sesampainya di sekolah, bel masuk berbunyi. Aku segera menuju ruang kelasku, yang terletak di lantai 2 sekolahku. Dengan niat bersungguh-sungguh, aku melaksanakan kegiatan belajar di sekolah. Jam pertama, aku mendapat pelajaran Bahasa Indonesia. Guru bernama Bu Ria. Beliau sangat sabar kepada murid-muridnya. Beliau juga jarang marah kepada kami. Materi hari ini adalah membahas tentang "Kejujuran". Dengan sungguh-sungguh aku memperhatikan keterangan dari bu guru tentang materi pada hari itu.
Setelah jam pelajaran Bahasa Indonesia selesai, saatnya istirahat. Aku dan teman-teman keluar kelas. 15 menit aku habiskan untuk bermain bersama teman-temanku. Aku dan teman-temanku segera menuju kantin sekolah untuk membeli beberapa makanan ringan. Sambil menuju kantin, kami saling bercerita satu sama lain. Tiba-tiba saja temanku bernama Dina terjatuh, tersandung batu. Kakinya luka, sedikit mengeluarkan darah. Uang yang ada di saku bajunya ikut terjatuh. Ia merengek kesakitan sambil menangis sebentar menahan rasa sakitnya. Aku dan teman-teman cepat menolongnya untuk berdiri. Kami juga mengajaknya menuju UKS sekolah, tapi Dina menolaknya, karena lukanya hanya ringan. Tanpa sepengetahuan Dina dan teman-teman, Lita diam-diam mengambil beberapa uang Dina. Saat Dina mengambil uang sakunya yang jatuh, tiba-tiba dia berkata , “Kok uangku tinggal Rp 3.000,00 , padahal aku tadi dikasih uang sama ibuku Rp 5.000,00 ”. Dengan jujur, aku dan teman-temanku berkata , “Aku tidak mengambilnya kok. Sungguh”. Dina juga mempercayai kami. Kemudian Caca bertanya ,“Apa kamu tidak salah taruh. Mungkin kamu taruh ditas sebagiannya atau di tepak pensilmu atau ditempat lain?” “Coba kamu ingat dulu, mungkin kamu lupa”, tambahku. Dengan cepat Dina menjawab yakin , “Tidak kok. Aku tidak lupa. Aku menaruhnya di saku bajuku. Aku benar-benar ingat”. Lita yang melihat teman-temannya bingung, segera berkata , “Ya sudahlah. Bagaimana kalau aku meminjamimu uang saja? Agar kamu bisa jajan lebih banyak”. “Tidak usah, aku memakai sisa uangku saja”. Mendengar jawaban Dina, akhirnya kami segera menuju kantin sekolah. Dina berjalan pincang dan kita membantunya.
Setelah membeli beberapa makanan ringan, kami menuju kelas untuk makan dan bercanda bersama. Karena makan terburu-buru sambil tertawa keras, Lita tersedak, batu-batu sampa tenggorokannya terasa sangat sakit. Aku yang melihatnya, segera memberinya air putih. Ia pun meminum air putih itu. Sementara Caca, memijit bagian leher bawahnya. Dina tidak bisa menolong karena kakinya sakit.
3 menit kemudian, bel masuk berbunyi. Lita sudah baikan, walaupun Dina masih merasakan rasa sakit pada kakinya. Pelajaran setelah istirahat adalah pelajaran Matematika. Bu Min guru berhitung kami. Pelajaran Matematika adalah yang paling aku suka. Tapi banyak teman-temanku yang sangat tidak suka pada pelajaran ini, karena pelajarannya sulit dan bikin pusing. Sebelumnya, bu Min memberi kami PR (Pekerjaan Rumah), mengerjakan Buku Paket halaman 56. Beliau mengingatkan murid-murid untuk segera mengumpulkannya. Semua anak pun mengumpulkan PR nya di meja guru. Tetapi Lita dengan sibuk mencari bukunya. Ia sampai berkeringat.
Melihat Lita kebingungan, Bu Guru menghampirinya. “Lita, ada apa ? Kenapa PR nya belum kamu kumpulkan ? Kamu belum mengerjakan ?”.
Mendengar Bu Min marah-marah, Lita menjawab dengan ketakutan , “Maaf, Bu. Buku saya tertinggal di rumah”.
“Baiklah, karena kamu tidak mengumpulkan PR nya, Ibu harus menghukummu. Kamu berdiri di depan pintu kelas sampai pelajaran selesai.”
Dengan badan gemetaran, Lita segera melaksanakan hukuman Bu Min. Tak biasanya Bu Min marah-marah seperti ini.
Pelajaran Matematika pun selesai. Kini saatnya murid-murid SDN Cemara Kasih pulang. Aku dan ketiga temanku (termasuk Lita juga) keluar kelas, segera pulang menuju rumah masing-masing. Dina masih berjalan sedikit pincang. Seperti biasa, kami selalu bernyanyi dan bercanda bersama saat perjalanan pulang.Kami semua sangat ceria, tetapi Lita terlihat sangat murung sedikit melamun.
Aku yang melihat Lita melamun, segera menyadarkannya , “Hei, melamun saja.”
“Emang ada masalah apa ? Dari bel pulang kok murung terus ?” Dina menyela. “Apa karena tadi, Bu Min marah-marah dan menghukummu ?” Caca menambahi.
“Iya juga. Tapi sebenarnya bukan itu yang aku pikirkan”.
“Lalu, apa masalahnya dong?” Aku penasaran.
“Sebenarnya, yang mengambil uang Rp 2.000,00 Dina tadi aku. Aku mengambilnya saat Dina terjatuh tadi.” Dengan muka bersalah Lita mengakuinya.
Teman-teman dan aku yang mendengar itu, kaget sekali. “Kenapa sih, kamu bisa jahat begini ke Dina. Memang apa salah Dina ?” Caca kecewa.
Sambil menatap Dina, Lita menjawab dengan perasaan sedikit menyesal. “Dina, aku minta maaf ya ! Aku sangat bersalah sama kamu. Tapi kalau kamu tidak mau memaafkanku dan kamu ingin memukulku, aku tidak marah kok.”
Dina sebenarnya juga ingin marah kepada Lita, tapi niatnya tertunda.
“Kenapa kamu tega mengambil uang Dina ?” Aku segera menenangkan suasana.
“Aku mengambil uang Dina, karena ibuku tidak memberiku uang saku. Karena waktu itu aku sangat lapar dan tidak mempunyai uang, aku nekat mengambil uang Dina.”
“Haahhh !” Semua kaget.
“Ohh, hanya itu. Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu tidak punya uang saku? Kan aku bisa meminjamimu.” Jawab Dina tanpa marah sedikitpun.
“Aku tidak ingin merepotkanmu” Lita membalasnya.
“Kalau kamu tidak ingin merepotkan Dina, kenapa kamu mengambil uang miliknya ? itu kan DOSA.” Terang caca.
“Kalau kamu mencuri barang milik orang lain, nanti kamu bisa dihukum sama Tuhan lohh.” kataku memperingatkan Lita.
“Tapi maafkan aku, Dina. Uangmu sudah habis, karena aku membelikannya kue tadi. Besok saja aku menggantinya ya. Kamu tidak keberatan kan ?” Lita berkata kepada Dina.
“Tidak usah Lita. Aku ikhlas kok.” Jawab Dina.
“Lain kali, kalau kamu butuh uang atau apapun, kami akan memberimu.” Terangku.
Akhirnya kami semua pulang ke rumah masing-masing dengan rasa lega.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar